Pencemaran Udara
Pengertian → menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya zat, energi atau komponen lainnya ke dalam udara yang disebabkan oleh kegiatan manusia, sehingga menyebabkan penurunan mutu udara yang pada tingkatan tertentu udara ambien tidak lagi dapat memenuhi fungsinya.
Isu permasalahan terkait dengan pencemaran udara di Indonesia, yakni salah satunya adalah polusi udara di wilayah perkotaan. Kualitas udara di DKI Jakarta sebagai Ibukota mengalami penurunan, hingga menyebabkan langit Jakarta menjadi abu-abu. Baca Berita dibawah ini untuk lebih rinci.
Apakah Polusi Udara Jadi Penyebab Langit Jakarta Abu-abu?
Selama beberapa waktu terakhir, langit ibukota Jakarta terlihat berkabut dan berwarna abu-abu. Netizen ramai menyebut bahwa langit abu-abu di Jakarta disebabkan polusi udara. Akan tetapi, apakah polusi udara memang menjadi penyebab langit Jakarta berwarna abu-abu?
Penampakan langit Jakarta berwarna abu-abu itu direkam dalam unggahan video oleh sejumlah pengguna media sosial. Salah satunya, seperti video rekaman yang diunggah netizen pada 12 Agustus 2023 lalu di akun Instagram, yang merekam langit Jakarta dari atas pesawat yang akan mendarat. Banyak yang menyebutkan bahwa langit abu-abu itu disebabkan oleh polusi udara. Lantas, apakah benar demikian?
Mike Ashmore, seorang profesor lingkungan dari University of York di Inggris, dalam buku Encyclopedia of Biodiversity edisi kedua tahun 2017, mendefinisikan polutan atau zat pencemar udara merupakan zat dalam bentuk gas yang diemisikan oleh berbagai sumber.
Sumber-sumber polutan yang menyebabkan polusi udara itu di antaranya bisa berasal dari transportasi, PLTU, pengelolaan sampah, dan aktivitas domestik rumah-tangga. Zat-zat tersebut di antaranya adalah belerang dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), amoniak (NH3), partikulat asam, logam beracun seperti timbal dan cadmium, dan polutan organik yang persisten (POPs).
Selain zat penyebab polusi udara tersebut, seperti dikutip dari National Geographic, Senin (23/11/2022), para ahli juga menyebut polutan lain yakni berupa Volatile Organic Compound (VOC) atau disebut juga senyawa organik volatil. Polutan tersebut yang dihasilkan oleh berbagai pelarut yang digunakan dalam industri. Pada akhirnya polutan-polutan ini dapat terakumulasi dan membentuk aerosol atau koloid partikel padatan dalam bentuk gas, sehingga dapat menghalangi cahaya matahari. Ini lah yang kemudian membuat langit bisa tampak kelabu karena asap menghalangi sinar matahari.
Nilai polusi udara di Jakarta
Data Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) yang dirilis oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 10 Agustus 2023 menunjukkan kualitas udara Jakarta berada pada kategori sedang sampai tidak sehat. Baca juga: Polusi Udara di Indonesia: Ini Daftar Kota Paling Berpolusi, Jakarta dan Bandung Masuk 6 Besar ISPU dirilis oleh KLHK berdasarkan sejumlah parameter polutan, yakni gas belerang oksida (SO2), karbon monoksida (CO), ozon (O3), nitrogen dioksida (NO2), hidrokarbon (HC), partikulat PM10, dan PM2,5.
Pada hari itu, diketahui bahwa PM2,5 menjadi polutan terbanyak di ibukota. Wilayah dengan kategori sedang meliputi wilayah integrasi DKI 1 Bundaran HI, DKI 2 Kelapa Gading, dan DKI 3 Jagakarsa, yakni wilayah dengan nilai ISPU masih di bawah 100. Sementara itu, wilayah integrasi DKI 4 Lubang Buaya berkualitas udara dengan kategori tidak sehat karena memiliki nilai ISPU sebesar 111. Selain itu, IQ Air merilis nilai konsentrasi polutan utama berupa PM2,5 di Jakarta sebesar 69,2 μg/m3 pada 10 Agustus 2023, dan 68,2 μg/m3 pada 11 Agustus 2023.
Data tersebut menunjukkan polutan di ibukota benar menjadi penyebab cahaya matahari tidak terhamburkan dengan sempurna. Hal ini berdampak pada cahaya matahari yang sampai ke mata manusia terhalang, jarak pandang menjadi terbatas, dan warna langit menjadi abu-abu.
Sumber: kompas.comSumber-Sumber Pencemaran Udara
![](https://edu.science.diuscode.my.id/assets/img/bg-24.png)
Gambar 1. Sumber, Transportasi, Transformasi, dan Kondisi Polutan di Atmosfer
Sumber: Guarnieri & Balmes, 2014
Aktivitas Alam
Pencemaran udara dapat berasal dari berbagai aktivitas alam, seperti letusan gunung berapi, kebakaran hutan, dan petir. Contohnya, letusan Gunung Tambora tahun 1815 melepaskan 100 miliar ton abu vulkanik ke atmosfer, di mana 300 juta tonnya mencapai lapisan stratosfer. Hal ini menyebabkan penurunan rata-rata suhu bumi sebanyak 0,7 derajat C di seluruh dunia. Sumber lainnya termasuk alga di lautan yang menghasilkan Hidrogen sulfide, erosi angin yang membawa partikel ke atmosfer, dan zona lembap seperti rawa yang menghasilkan metana. Reaksi sinar matahari antara nitrogen oksida (NOX) dan senyawa organik yang mudah menguap juga dapat menyebabkan rendahnya kadar ozon (O3) di permukaan tanah.
Aktivitas Manusia
1. Transportasi
Transportasi adalah penyumbang utama pencemaran udara, terutama di perkotaan. Kendaraan bermotor, mobil, kereta api, dan transportasi udara serta air semuanya menghasilkan emisi yang mempengaruhi kualitas udara, ozon stratosfer, dan iklim. Populasi padat dan tingginya kepemilikan kendaraan pribadi di perkotaan meningkatkan masalah pencemaran udara, memengaruhi kesehatan masyarakat dan ozon stratosfer. Polutan yang terkait dengan transportasi perkotaan, seperti timbal, debu, partikel, nitrogen oksida, dan senyawa organik mudah menguap, berdampak pada kesehatan. Ozon terbentuk dari reaksi nitrogen oksida dan senyawa organik dengan sinar matahari. Emisi karbon dioksida juga menjadi dampak penting dari transportasi perkotaan. Sebelum penghapusan bensin yang mengandung timbal, timbal adalah masalah utama terkait pajanan emisi kendaraan.
![](https://edu.science.diuscode.my.id/assets/img/bg-25.png)
Sumber: freepik.com
2. Industri
Masa industrialisasi membawa banyak masalah, terutama terkait dengan emisi gas buang yang mempengaruhi kualitas udara dan kesehatan masyarakat. Industri melepaskan berbagai bahan pencemar beracun yang merusak lingkungan fisik dan biologis, membuatnya tidak stabil dan tidak nyaman. Polutan seperti uap, aerosol, partikel padat, gas beracun, dan asap yang berasal dari proses industri menyebabkan kerusakan lingkungan. Polutan utama termasuk Nitrogen oksida (NOX), sulfur dioksida (SO2), Karbon monoksida (CO), dan partikel tersuspensi. Industri menyumbang pada emisi CO melalui penggunaan bahan bakar untuk boiler, sedangkan NOX dan SO2 dihasilkan dari berbagai proses industri seperti pembangkit listrik termal dan pembakaran batu bara. Penggunaan bahan bakar yang kaya belerang juga menghasilkan emisi gas belerang dioksida (SO2).
![](https://edu.science.diuscode.my.id/assets/img/bg-26.png)
Sumber: freepik.com
3. Pertanian
Kegiatan pertanian memancarkan senyawa yang mengandung nitrogen seperti NO2, NO, NH3, dan N2O ke atmosfer. NH3 dan N2O merupakan sumber utama pencemar dari pertanian, masing-masing menyumbang 88% dan 68% dari emisi tahunan di UK pada 2016. Tanah pertanian juga menjadi sumber signifikan dari NO. Metana, VOC, dan senyawa nitrogen dipancarkan oleh proses pertanian dan peternakan, termasuk penggunaan pupuk, mesin pertanian, dan limbah ternak. Emisi utama dari pertanian adalah amonia (NH3), yang mayoritas berasal dari peternakan. Sebagian nitrogen kimia dalam pertanian diubah menjadi NO di tanah, kemudian dipancarkan ke atmosfer dan dioksidasi menjadi NO2 dan HNO3. NH3 adalah polutan utama dari pertanian, menunjukkan keterkaitannya dengan emisi Nitrat oksida (NO) dari tanah pertanian.
![](https://edu.science.diuscode.my.id/assets/img/bg-27.png)
Sumber: Defra UK, 2018
4. Rumah
Ada banyak sumber polusi udara di rumah tangga, termasuk merokok, bahan konstruksi, bahan bakar untuk memasak, penggunaan dupa dan pengusir nyamuk, pestisida, dan pembersih kimia. Salah satu sumber utama polusi udara di rumah tangga, terutama di negara berkembang, adalah bahan bakar untuk memasak dan pemanas. Bahan bakar biomassa masih digunakan di beberapa rumah di pedesaan dan negara berkembang, menyebabkan emisi yang signifikan. Penggunaan cat dan pernis di rumah juga mengeluarkan senyawa organik yang berkontribusi pada polusi udara dalam ruangan. Penyemprotan rumah dengan bahan kimia seperti DDT untuk mengendalikan nyamuk dapat menyebabkan akumulasi racun di dalam rumah. Produk konsumen seperti penyegar udara, produk laundry, perawatan pribadi, dan pembersih rumah juga dapat mengandung senyawa organik mudah menguap yang berbahaya bagi kesehatan.
![](https://edu.science.diuscode.my.id/assets/img/bg-28.png)
Sumber: Stutterstock
![](https://edu.science.diuscode.my.id/assets/img/bg-8.png)
![](https://edu.science.diuscode.my.id/assets/img/bg-9.png)
![](https://edu.science.diuscode.my.id/assets/img/bg-10.png)
![](https://edu.science.diuscode.my.id/assets/img/bg-11.png)
Perhatikan lingkungan di sekitar Anda, apakah Anda temukan pencemaran udara? lengkapilah table di bawah ini!
Tabel Pengamatan Lingkungan sekitar
Jenis-Jenis Bahan Pencemar Udara
Polutan Primer
Polutan primer adalah polutan langsung dari sumber pencemar, seperti partikel dan gas seperti SO2, CO, NOX, dan HC, yang langsung dilepaskan ke udara dari proses atau sisa pemanfaatan energi.
- Karbon monoksida (CO). Karbon monoksida adalah gas tak berwarna yang terbentuk dari pembakaran tidak sempurna senyawa karbon. Sumber utamanya adalah mesin knalpot kendaraan. Paparan CO paling berbahaya di dalam ruangan, terutama dari peralatan rumah tangga yang menggunakan bahan bakar seperti bensin atau minyak tanah. Inhalasi CO dapat dengan mudah masuk ke seluruh tubuh, termasuk darah, otak, jantung, dan otot, membentuk Karboksihemoglobin (COHb) dan Karboksimioglobin (COMb). Pemaparan CO dapat terjadi melalui asap rokok dan aktivitas fisik dapat mempengaruhi eliminasi CO dari tubuh. Karboksihemoglobin dalam darah adalah penanda utama paparan CO. CO dapat tersebar di atmosfer oleh angin dan berubah menjadi karbon dioksida melalui reaksi kimia dan aktivitas mikroorganisme di tanah dan air.
- Sulfur dioksida (SO2). Sulfur dioksida adalah gas tidak berwarna yang berbau menyengat dan mudah larut dalam air. Sumbernya termasuk pembakaran batu bara dan minyak di pembangkit listrik serta letusan gunung berapi. Paparan utamanya melalui inhalasi, di mana SO2 cepat diserap oleh mukosa hidung dan saluran pernapasan. Setelah kontak dengan selaput lendir, SO2 dihidrolisis menjadi sulfit yang diserap oleh darah dan tersebar ke seluruh tubuh. Sulfit kemudian dapat dioksidasi menjadi sulfat di hati atau bereaksi dengan protein.
- Nitrogen oksida (NOX). Nitrogen oksida adalah campuran gas nitrogen dan oksigen, dengan jenis utama yang toksikologinya penting yaitu nitrat oksida dan nitrogen dioksida. Mereka dilepaskan dari knalpot kendaraan, pembakaran bahan bakar fosil, proses industri, dan reaksi kimia komersial. NOX juga digunakan dalam produksi berbagai bahan kimia dan bahan peledak. Paparan utamanya melalui inhalasi, di mana sebagian besar NO2 diserap oleh saluran pernapasan bagian atas dan berakhir di paru-paru.
- Partikel udara. Partikel udara terbagi menjadi partikel kasar (ukuran >2.5 µm) dan partikel halus (ukuran <2.5 µm), berasal dari sumber alam dan aktivitas manusia seperti industri dan transportasi. Inhalasi adalah rute paparan utama, dengan partikel yang lebih besar terperangkap di saluran pernapasan atas dan yang lebih kecil mencapai saluran pernapasan dalam. Partikel dapat berupa aerosol, smoke, dust, fog, mist, fume, plume, haze, smog, dan smaze.
- Hidrokarbon (HC). Hidrokarbon adalah senyawa organik yang terdiri dari hidrogen (H) dan karbon (C) yang dapat menghasilkan energi melalui proses oksidasi. Sumber energi ini digunakan dalam berbagai bidang seperti industri, aktivitas domestik, dan transportasi. Pembakaran sempurna HC menghasilkan karbon dioksida dan air, tetapi pembakaran tidak sempurna menghasilkan karbon monoksida dan hidrokarbon. Konsentrasi HC dalam udara bersih biasanya < 1 ppm, tetapi dapat mencapai 1-20 ppm dalam udara tercemar. NMHC (Non Methane Hidrocarbon) merupakan indikator pencemaran udara oleh senyawa HC, yang merupakan prekursor ozon. Senyawa NHMC yang banyak diemisikan oleh kendaraan bermotor termasuk benzene, PAHs (Polycyclic Aromatic Hydrocarbons), dan 1,3 Butadiene, yang memiliki dampak karsinogenik pada kesehatan manusia.
Polutan Sekunder
Polutan sekunder terbentuk dari reaksi antara dua atau lebih bahan kimia di udara. Karakteristiknya tidak stabil, seperti formaldehid, ozon, dan peroxy acyl nitrat (PAN). Faktor-faktor yang memengaruhi reaksi termasuk derajat fotoaktivasi, konsentrasi relatif bahan reaktan, kondisi iklim, dan topografi lokal serta keberadaan embun.
- Formaldehid. Formaldehid, juga dikenal sebagai metanal, metilen oksida, oxymethylene, methylaldehyde, dan oxomethane, adalah gas tidak berwarna yang mudah terbakar pada suhu kamar. Ia memiliki bau menyengat yang menyebabkan sensasi terbakar pada mata, hidung, dan paru-paru pada konsentrasi tinggi. Formaldehid dapat terbentuk dari aktivitas alam dan manusia, terutama dari pembakaran. Paparannya bervariasi tergantung pada lokasi, dengan konsentrasi tertinggi terjadi di daerah dengan lalu lintas kendaraan padat. Formaldehid dapat masuk ke tubuh melalui inhalasi, ingesti, dan dermal. Setelah diserap melalui saluran pernapasan, formaldehid dimetabolisme menjadi formate oleh enzim formaldehid dehydrogenase dan diekskresikan dalam urin atau dioksidasi menjadi karbon dioksida dan dikeluarkan dari tubuh.
- Ozon (O3). Ozon adalah oksidator kuat yang terbentuk di lapisan troposfer melalui reaksi kompleks yang melibatkan sinar matahari dengan senyawa nitrogen dioksida (NO2) dan hidrokarbon (HC). Pembentukan O3 terjadi melalui reaksi fotokimia dengan sinar matahari dan prekursor polutan seperti NOX, VOC, metana, dan karbon monoksida. Penyerapan paparan ozon terjadi melalui saluran pernapasan, karena ozon berbentuk gas dan tidak diserap melalui saluran pencernaan atau kulit. Proses toksikokinetik ozon melibatkan penyerapan sebesar 30-40% melalui saluran pernapasan, dengan dosis ozon meningkat dari trakea ke paru-paru saat ventilasi meningkat, terutama selama olahraga.
![](https://edu.science.diuscode.my.id/assets/img/bg-29.png)
![](https://edu.science.diuscode.my.id/assets/img/bg-30.png)
INFO MENARIK
Menurut Bank Dunia, sekitar 70% sumber pencemar udara berasal dari
emisi gas buang kendaraan bermotor.
Apakah jenis polutan yang dikeluarkan
dari knalpot kendaraan bermotor?
1.Karbon monoksida (CO), sebesar 58%.
2.Nitrogen oksida (NO), sebesar 54%
3.Hidro karbon, sebesar 88,8%
4.Timbel (Pb), sebesar 90%.
Zat pencemar lainnya yaitu sulfur oksida (SO2), banyak dihasilkan oleh kendaraan berat seperti bus, truk, dan kendaraan lain yang berbahan bakar solar.
Analisis Kualitas Udara
Salah satu metode untuk menilai kualitas udara di lingkungan adalah dengan menggunakan ISPU (Indeks Standar Pencemar Udara). Sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2020, ISPU adalah sebuah nilai yang tidak memiliki satuan yang mencerminkan keadaan udara di suatu lokasi, berdasarkan dampaknya terhadap kesehatan manusia, nilai estetika, dan keberlangsungan makhluk hidup lainnya. ISPU dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu: baik, sedang, tidak sehat, sangat tidak sehat, dan berbahaya.
Rentang | Kategori | Penjelasan |
---|---|---|
1-50 | Baik | Tingkat mutu udara yang sangat baik, tidak memberikan efek negatif terhadap manusia, hewan dan tumbuhan. |
51-100 | Sedang | Tingkat mutu udara masih dapat diterima pada kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan. |
101-200 | Tidak Sehat | Tingkat mutu udara yang bersifat merugikan pada manusia, hewan dan tumbuhan |
201-300 | Sangat Tidak Sehat | Tingkat mutu udara yang dapat meningkatkan risiko kesehatan pada sejumlah segemen populasi yang terpapar |
301+ | Berbahaya | Tingkat mutu udara yang dapat merugikan kesehatan serius pada populasi dan perlu penanganan cepat |
Anda dapat mengetahui kualitas udara di setiap daerah melalui website resmi ISPU Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yakni: https://ispu.menlhk.go.id/
Setiap kategori ISPU memiliki dampak yang dirasakan oleh seluruh makhluk hidup. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk meminimalisir dampak yang dialami:
Kategori | Apa yang Harus Dilakukan |
---|---|
Baik | Sangat baik melakukan kegiatan diluar |
Sedang |
|
Tidak Sehat |
|
Sangat Tidak Sehat |
|
Berbahaya |
|
![](https://edu.science.diuscode.my.id/assets/img/bg-8.png)
![](https://edu.science.diuscode.my.id/assets/img/bg-9.png)
![](https://edu.science.diuscode.my.id/assets/img/bg-10.png)
![](https://edu.science.diuscode.my.id/assets/img/bg-11.png)
Dampak Pencemaran Udara
Dampak Pencemaran Udara Terhadap Lingkungan
Pencemaran udara bertanggung jawab atas terjadinya degradasi lingkungan. Beberapa dampaknya antara lain: penurunan jarak pandang atau kabut, eutrofikasi, hujan asam, penipisan ozon, dan perubahan iklim global.
1. Hujan Asam
Hujan asam, atau deposisi asam, adalah salah satu bentuk pencemaran udara yang disebabkan oleh transformasi gas belerang dan nitrogen yang dipancarkan ke atmosfer dari berbagai sumber. Emisi SO₂ dari pembakaran bahan bakar fosil dan peleburan logam, serta emisi NOx dari kendaraan, industri, dan pembangkit listrik, membentuk asam sulfat dan nitrat dalam presipitasi. Hujan asam memiliki sifat asam dengan pH 4,2 hingga 4,7. Ketika hujan, kabut, gerimis, atau salju bercampur dengan gas dan partikulat, distribusi dan transportasi asam dari atmosfer ke bumi terjadi. Dampak hujan asam meliputi:
- Merusak dedaunan dan tanaman, membuatnya rentan terhadap bakteri dan infeksi virus, serta radiasi UV yang berbahaya. Hujan asam juga dapat menghilangkan unsur hara dan mineral penting dari tanah.
- Mengubah pH lingkungan perairan seperti kolam, sungai, danau, dan rawa, yang berdampak langsung pada kehidupan organisme akuatik.
- Merusak material seperti patung, marmer, dan cat, akibat pengendapan asam yang tinggi yang dapat menyebabkan korosi.
2. Eutrofikasi
Eutrofikasi adalah kondisi di mana badan air memiliki kadar nutrisi tinggi, seperti nitrogen dan fosfor. Kelebihan nutrisi ini dapat menyebabkan Alga bloom, yang berdampak pada hilangnya keanekaragaman hewan dan tumbuhan. Emisi dari pembangkit listrik tenaga panas dan transportasi juga dapat memasukkan nitrogen oksida ke ekosistem perairan. Dampak eutrofikasi meliputi:
- Alga bloom mengurangi penetrasi cahaya ke dalam air, sehingga menurunkan produktivitas tumbuhan di perairan yang lebih dalam.
- Kadar oksigen dalam air berkurang, yang menyebabkan kematian alga dan penurunan produksi primer di perairan dalam.
- Kematian ikan besar seperti trout dan salmon akibat rendahnya kadar oksigen terlarut (DO).
3. Kabut/Haze
Kabut asap sering terjadi di negara-negara maju akibat industrialisasi dan urbanisasi. Visibilitas menurun karena sinar matahari bertemu dengan partikel tersuspensi kecil di atmosfer. Kabut asap ini dapat mengurangi jumlah energi matahari yang mencapai permukaan bumi hingga 30%.
4. Penipisan Ozon
Lapisan ozon stratosfer dikenal sebagai perisai bumi dari sinar radiasi UV matahari. Namun, bahan kimia di atmosfer seperti klorofluorokarbon, hidroklorofluorokarbon, dan halon menyebabkan penipisan ozon. Penipisan ini memungkinkan radiasi UV berbahaya mencapai permukaan bumi, yang dapat menimbulkan penyakit dan mempengaruhi bibit tanaman, membuat tanaman lebih rentan terhadap penyakit, hama, dan cuaca buruk, serta berdampak pada hasil panen.
5. Perubahan Iklim
Gas Rumah Kaca (GRK) dipancarkan dari berbagai sumber yang mengganggu keseimbangan gas alami di atmosfer. GRK juga mengganggu proses transformasi fisikokimia yang terkait dengan radiasi. Pemanasan global berdampak signifikan pada kesehatan manusia, ekologi, pertanian, sumber daya air, hutan, satwa liar, dan daerah pesisir.
Dampak Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan Masyarakat
Setelah membahas dampak pencemaran udara pada lingkungan, kini akan dibahas dampaknya terhadap kesehatan manusia. Pencemaran udara dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, tergantung pada jenis, karakteristik, dan konsentrasi zat pencemar yang masuk ke dalam tubuh. Berikut adalah beberapa penyakit yang disebabkan oleh pencemaran udara:
1. Gangguan Pernapasan
Pencemaran udara diperkirakan bertanggung jawab atas 27,5% kematian akibat infeksi saluran pernapasan bagian bawah (Li & Mallat, 2018). Penelitian menunjukkan bahwa polusi dalam dan luar ruangan dapat mengakibatkan gangguan pernapasan seperti asma. Risiko asma pada anak-anak disebabkan oleh polusi udara dari transportasi atau lalu lintas padat, paparan NO₂, dan asap rokok (perokok pasif). Paparan polutan dalam ruangan seperti O₃, NO₂, SO₂, CO, dan PM dapat menyebabkan gejala asma dan eksaserbasinya. Efek tergantung pada dosis dan durasi paparan, dengan penurunan fungsi paru sering dilaporkan akibat paparan polutan O₃, NO₂, SO₂, dan PM.
2. Penyakit Kardiovaskular
Selain gangguan pernapasan, penyakit kardiovaskular juga banyak ditemukan dan dikaitkan dengan pencemaran udara. Paparan polusi udara jangka pendek dan jangka panjang berhubungan dengan peningkatan signifikan dalam perkembangan dan kematian akibat beberapa penyakit kardiovaskular. Mekanisme biologis yang mengaitkan penyakit kardiovaskular dengan pencemaran udara melibatkan efek langsung dan tidak langsung. Efek langsung polutan terjadi pada sistem kardiovaskular, darah, dan reseptor paru-paru, sementara efek tidak langsung terjadi melalui stres oksidatif paru dan respons inflamasi. Polutan dapat masuk ke dalam sirkulasi melalui epitel paru, atau berinteraksi dengan reseptor paru yang menyebabkan perubahan dalam tonus otonom, yang dapat menyebabkan ketidakstabilan plak vaskular atau aritmia jantung. Efek cepat dari polusi udara terkait dengan respons kardiovaskular, seperti peningkatan infark miokard. Efek tidak langsung yang kurang akut dapat menyebabkan inflamasi sistemik, aktivasi jalur hemostatik, kerusakan fungsi vaskular, dan percepatan aterosklerosis.
3. Kesehatan Bayi
Penelitian menunjukkan bahwa dalam model “single pollutant” dengan efek tetap, CO, PM₁₀, dan NO₂ dapat meningkatkan kematian bayi. Hal ini juga berlaku pada “multi pollutant” seperti paparan PM₁₀ dan NO₂ secara bersamaan. Pengurangan emisi CO dan PM₁₀ melalui kebijakan emisi kendaraan "Clear Skies Initiative" di California terbukti dapat menyelamatkan 1.000 nyawa bayi.
4. Stroke
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa paparan jangka pendek dan jangka panjang polusi udara meningkatkan risiko stroke. Polusi udara menginduksi disfungsi endotel, aterosklerosis, aktivasi trombosit, dan kecenderungan koagulasi. Polusi udara menjadi salah satu risiko terpenting terhadap kejadian stroke, yang merupakan penyebab utama kecacatan dan kematian kedua di dunia. Diperkirakan 14% dari semua kematian terkait stroke disebabkan oleh polusi udara. Risiko stroke iskemik meningkat setelah paparan polusi udara jangka pendek atau jangka panjang, terutama pada individu dengan beban kardiovaskular tinggi. Paparan jangka pendek terhadap polusi udara juga meningkatkan risiko perdarahan intraserebral, subtipe stroke hemoragik.
![](https://edu.science.diuscode.my.id/assets/img/bg-8.png)
![](https://edu.science.diuscode.my.id/assets/img/bg-9.png)
![](https://edu.science.diuscode.my.id/assets/img/bg-10.png)
![](https://edu.science.diuscode.my.id/assets/img/bg-11.png)